comic

Minggu, 27 Maret 2011

MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

A. INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.

3. Manusia Sebagai Makhluk Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Hidup
Berkenaan hubungan antar manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham ,yaitu determinisme, posibilisme, dan optinisme teknologi. Tokoh yang memandang secara paham determinisme yaitucharles darwin, friederich ratzel, dan elsworth huntington. Determinisme merupakan alam penempatan manusia sebagai makhluk yang tunduk pada alam, alam sebagai faktor penentu.
Perkembangan teknologi telah memembawa kemajuan pemanfaatan sumber daya alam demi kepentingan kemajuan pembangunan dan penopang kesejah teraan masyarakat. Akibatnya muncul moto “teknologi merupakan tulang punggung pembangunan”. Ini merupakan pandangan posibilisme, dan optinisme teknologi. Manusia telah ketergantungan dengan teknologi.
Sebagai makhluk beragama kita harus ingat kepada allah Yang Maha Pencipta. Bukan bergantung pada teknologi yang merupakan hasil kebudayaan manusia itu tersebut. Sebagai makhluk individu, keluarga merupakan pemeran utama dalam membentuk manusia menjadi makhluk sosial. Hal ini menjadi tantangan setiap keluarga karena anak –anak merupakan SDM masa yang akan datang.

B. PENGERTIAN MASYARAKAT DAN CIRI – CIRINYA

Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society, sedangkan istilah komunitas dalam bahasa inggrisnya community. Dalam bahasa sehari –hari, kata ini sering disalah gunakan. Dua kata ini ditafsirkan menjadi sama. Padahal sangat berbeda arti. Society atau masyarakat berbeda dengan komunitas (community) atau masyarakat setempat.
Berdasarkan ciri atau unsur masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli seperti Krech, Crutchfielt, Ballachey, fairchilld, horton, dan hunt dapat di ablil kesimpulan bahwa ciri atau unsur masyarakat adalah :
1. Kumpulan orang
2. Sudah terbentuk agak lama
3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri
4. Memiliki kepercayaan(nilai), sikap, dan prilakuyang dimiliki bersama
5. Adanya kesinambungan dan pertahanan diri
6. Memiliki kebudayaan

Masyarakat setempat (community) merupakan bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkungan yang lebih kecil, serta lebih terikat oleh tempat (teritoral). Masyarakat dalam ini merupakan masyarakat yang bertimpat tinggal di suatu wilayah dengan batas – batas tertentu. Dimana faktor utamanya adalah interaksi yang lebih diantara anggota – anggotanya
Pengertian masyarakat (society) jelas berbeda dengan masyarakat setempat(community) . masyarakat memiliki arti yang sangat luas dan lebih umum, sedangkan masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi dengan area kawasan. Tapi dibanding masyarakat, masyarakat dalam lebih erat hubunganya antar manusia dibanding masyarakat.

C. MASYARAKAT DESA DAN KOTA
Desa dan kota memiliki perbedaan secara fisik maupun secara sosial. Sebuah desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hukuk pikuk keramaian, penduduknya ramah tama, saling mengenal satu dengan yang lainya, dan mata pencarian biasa sebagai petani atau nelayan. System kehidupan biasa berkelompok atas dasar kekeluargaan. Golongan orng tua biasanya memegang peranan penting dalam masyakat. Orang – orang tua memiliki pandangan yang didasari tradisi yang kuat sehingga sulit terjadinya perubahan.Desa mengalami perubahan sehingga unsur – unsur kota masuk kedalamnya. Begitu pun kota, meskipun disebut sebuah kota, ciri – ciri atau kebiasaan desa masih melekat padanya.
Sebuah kota sering ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayah yang luas, banyak penduduknya, hubungan tidak erat antara satu dengan yang lain, dam mata pencarian bermacam – macam . menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang beda. Masyarakat desa yang di utamakan adalah kebutuhan pokok, sedangkan kota selain kebutuhan pokok, perhatian juga pada pandangan masyarakat sekitar.
Dalam pembagian kerja masyarakat desa sudah sangat terspesifikasi. Begitu pula propesi pekerjaan sudah sangat banyak sekali. Setiap propesi memiliki ketergantungan satu dengan yang lain yang saling melengkapi. Pada masyarakat desa, memiliki pekerjaan yang sama. Seperti bertani, berladang, atau sebagai nelayan. Kehidupan orang desa yang memliki pekerjaan yang sama (homogeny) sangat menggantungkan pekerjaanya kepada keluarga yang lain.
Ferdinan Tonnies mengemukakan pembagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainschaft dan geselschaft. Masyarakat gemainschaft (paguyuban) adalah kelompok masyarakat dimana anggotanya terikat secara emosional dengan yang lain. Sedangkan masyarakat geselschaft (patembeyan) ikatan diantara anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional. Paguyuban cendrung sebagai refleksi masyarakat desa, sedangkan patembeyan refleksi masyarakat kota.

D. INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL
Interaksi sosial adalah proses – proses sosial yang menuju pada hubungan – hubungan sosial yang dinamis. Bentuk umum proses – proses sosial adalah interaksi sosial yang dapat juga dinamakan proses sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial.
1. Interaksi sosial
Adalah proses dimana orang – orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. “ interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki prilaku individu yang lain atau sebaliknya(H. Booner)”.

2. Interaksi sosial sebagai factor utama dalam kehidupan
Bentuk umum proses – proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial. Interaksi antara kelompok – kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota – anggotanya.
Adapun factor –faktor yang mendasari berlangsungnya iteraksi sosial yaitu :
1) Faktor imitasi  mempunyai peran sangat penting dalam proses interaksi social.
2) Faktor sugesti  merupakan pengaruh psikis, baik yang dating dari dirinya sendiri (autosugesti) maupun dari orang lain (heterosugesti)
3) Factor identifikasi  dalam psikologi berarti dorongan menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4) Factor simpati  adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Factor – factor tersebut dapat begerak sendiri – sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Tanpa ada pemahaman yang sama tentang maksud dan tujuan masing – masing pelaku, interaksi sosial tidak akan berjalan baik. Dengan demikian, hubungan para pelaku tersebut terlihat secara nyata dalam bentuk tindakan tertentu.
3. Syarat – syarat terjadinya interaksi sosial
Untuk terjadinya interaksi sosial, diperlukan adanya syarat – syarat yang harus ada, yaitu :
1) Adanya kontak sosial (social contact )  dalam bahasa latin terdiri dari “con” yang artinya bersama – sama dan “tanga” yang artinya menyentuh jadi jika diartikan menjadi “ bersama – sama menyentuh”. Dika dikaji lebih lajut maka artinya adalah hubungan secara sosial.
2) Adanya komunikasi  seseorang memberikan penafsiran pada tingkah laku atau perasaan – perasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan, gerak – gerik badan, atau sikap – sikap tertentu.

Selain itu kontak sosial dapat terjadi dan berlangsung dalam tiga bentuk :
1) Antar orang – perorang
2) Antar orang perorangan dengan suatu kelompok atau sebaliknya
3) Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lain

4. Bentuk –bentuk interaksi sosial
Bentuk –bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama ( cooparation), persaingan (competition), dan pertentangan ( conflict). Dari interaksi sosial timbul dua proses sosial yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Bentuk interaksi asosiatif seperti kerja sama (bargaining, coorperation, dan coalitation) dan akomondasi (coercion, compromise, arbiration, dll.) bentuk interaksi disosiatif seprti persaingan (competition), kontravensi (contravention dan pertentangan ( conflict).


E. STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Setiap individu adalah anggota suatu kelompok. Individu bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Individu memiliki kemampuan untuk
1) Menempatkan diri
2) Ditempatkan orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.

Max weber menjelaskan Stratifikasi sosial dalam tiga dimensi yaitu dimensi kekayaan, kekuasaa, dan prestise. Dimensi ini membentuk formasi sosial tersendiri. Dimensi kekayaan membentuk formasi yang disebut kelas, dimensi kekayaan membentuk partai, dan dimensi prestise membentuk status.
Kelas bukanlah komunitas, ia hanya merupakan dasar bagi tindakan komunal. Situasi kelas ditentukan oleh suatu pasar. Bilamana barang ekslusif disediakan di pasar untuk dipertukaran yang besar, maka kelompok orang dengan pemilikikan tertentu itulah yang mempunyai kemungkinan untuk menguasai barang tersebut.
Jika kelas mengejar kepentingan ekonomi, maka pembahasan partai adalah berkaitan dengan penguasaan sosial. Berbeda dengan kelas, kelompok status merupakan komunitas. Pemilik dan bukan pemilik dapat masuk dalam kelompok status yang sama. Pada kelompok status , kehormatan status dapat di cerminkan dalam gaya hidup orang – orang yang menjadi anggotanya. Sedangkan peluang hidup ditandai dengan perbedaan kelas ekonomi yang keanggotaanya ditandai oleh peranan individu dalam produksi.
Gaya hidup seseorang besar sekali di pengaruhi oleh nilai dan norma yang berada di sekelilingnya terutama pada masyarakat yang masih kuat norma – normanya. Nas dan sande berusaha membuat suatu pengelompokan dimensi gaya hidup dalam lima kelompok yaitu:
1) Dimensi morfologis adalah merujuk pada lingkungan dan aspek geografis
2) Dimensi sosial dan jaringan kerja
3) Dimensi bidang kehidupan (domain)
4) Dimensi makna gaya hidup
5) Dimensi simbolik (style)

Bentuk – bentuk hubungan sosial ini baik yang asosiatif ataupun yang disosiatif akan menimbulkan kelompok – kelompok sosial. Dalam mencapai kesesuaian dalam penilaian terhadap norma – norma sosial, seorang individu akan berusaha mengadopsi sejumlah kebiasaan tertentudari individu lain dan atau kelompok lain yang disebut sebagai kelompok acuan sebagai individu atau kelompok yang ditiru kelakuannya. Keberhasilan peniruan ini tergantung pada :
a) Kemampuan orang meniru
b) Penerimaan kelompok luar yang dijadikan kelompok acuan
c) Dalam posisi individu sudah keluar dari keanggotaan kelompok dan belum diterima sebagai anggota kelompok acuan, maka ia berada pada posisi pinggiran atau marginal man.
Seorang individu yang hubungan sosial dengan kelompknya sudah pudar ia mengorientasikan dirinya pada kelompok lain, maka ia harus mencari acuan dari norma dan kebiasaan yang berkembang pada indivudu anggota kelompok baru tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar